TEKNIK PEMBENIHAN UDANG WINDU
(Penaeus monodon, Fabr.) DI HATCHERY
PT. SURYA MONODON KECAMATAN GALESONG UTARA KABUPATEN TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG
DISUSUN OLEH :
M. FAISAL ARAS
NIS.500.3.12.017
PROGRAM KEAHLIAN : TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH
(SUPM) NEGERI BONE
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapang Tahun Pelajaran 2013/2014 tepat pada waktunya.
Dengan tersusunnya Laporan Praktik Kerja Lapang ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Yip Regan, M.P, selaku kepala SUPM Negeri Bone.
2. Bapak Sucipto, S.Pi, selaku pembimbing I dan ibu Rosdianah, S.Pd, selaku pembimbing II.
3. Ibu Harnida, selaku Manager Hatchery PT. Surya Monodon.
4. Serta semua pihak yang telah membantu penyusun menyelesaikan Laporan PKL ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih ada bahkan terdapat kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Bone, Juni 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan dan Manfaat 2
BAB II. PERSIAPAN 3
A. Rencana Kegiatan 3
B. Jadwal Kegiatan 4
C. Potensi Wilayah 4
BAB III. PELAKSANAAN 6
A. Waktu dan Tempat 6
B. Keadaan Lokasi 6
C. Kegiatan-Kegiatan 7
D. Analisa Usaha 14
BAB VI. MASALAH DAN PEMECAHAN 24
A. Masalah 24
B. Pemecahan 24
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 25
A. Kesimpulan 25
B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 28
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Udang windu merupakan salah satu jenis udang yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan merupakan komoditas ekspor andalan pemerintah. Konsekuensi dari peningkatan tersebut adalah semakin tingginya kebutuhan benur yang berkualitas baik.
Dalam usaha perikanan untuk memenuhi pasar dunia akan ketersediaan udang windu, para pengusaha pembenihan memulai kegiatan dari pembenihan, pembesaran, pemanenan hingga pemasaran larva udang windu. Salah satu usaha yang menentukan keberhasilan produksi udang windu yakni usaha pembenihan. Usaha pembenihan adalah usaha yang menyediakan benih yang berkualitas baik untuk dibesarkan dan memberikan harapan untuk dikembangkan sekaligus peluang kerja yang lebih luas. Hal ini tidak saja disebabkan oleh teknologi yang dikuasai sepenuhnya, akan tetapi bagian-bagian dalam siklus pembenihan udang skala perusahaan sudah menggunakan teknologi yang berkembang hingga saat ini.
Unit usaha pembenihan yang ada harus melakukan pembenahan agar dapat memenuhi standar kualitas akan kebutuhan bagi para petani tambak. Untuk menjadi tenaga kerja yang berkualitas siswa SUPM Negeri Bone melakukan praktik kerja lapang di unit usaha perikanan milik pemerintah maupun swasta. Siswa PKL yang melakukan pembelajaran dan praktik di lapangan tentang teknik pembenihan udang dari tahap persiapan sampai pemanenan.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Tujuan dilaksanakannya PKL adalah :
Mengikuti kegiatan secara langsung teknik pembenihan udang windu di PT. Surya Monodon.
Mendapatkan data teknis dan finansial tentang kegiatan usaha pembenihan udang windu.
Mempelajari lebih detail teknik pembenihan udang windu.
Manfaat
Manfaat dilaksanakannya praktik kerja lapang adalah :
Memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang perikanan tentang pembenihan udang windu.
Mengetahui teknis analisa usaha pembenihan udang windu.
BAB II
PERSIAPAN
Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan yang dilakukan penyusun selama melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Surya Monodon adalah sebagai berikut :
Persiapan bak
Pemasangan sistem aerasi
Pengisian air
Pengadaan induk
Seleksi induk
Penanganan dan perawatan induk
Ablasi induk
Pemeriksaan ovary.
Peneluran
Penetasan telur
Pemanenan nauplius
Manajemen pakan
Manajemen kualitas air
Pengendalian hama dan penyakit
Kegiatan panen
Kegiatan pasca panen
Pemasaran
Jadwal Kegiatan
Adapun jadwal kegiatan yang dilakukan penyusun selama melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) pada unit pembenihan udang windu (Penaeus monodon, Fabr.) di PT. Surya Monodon Kabupaten Takalar.
Tabel 1. Kegiatan di PT. Surya Monodon
No Kegiatan Tahun 2014
Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan bak x
2 Pemasangan sistem aerasi x
3 Pengisian air x x x
4 Pengadaan Induk x
5 Seleksi Induk x x x
6 Penanganan dan perawatan induk x x x
7 Ablasi Induk x
8 Pemeriksaan ovary x x x
9 Peneluran x x x
10 Penetasan telur x x x
11 Pemanenan naupli x x x
12 Manajemen pakan x x x x
13 Manajemen kualitas air x x x x
14 Pengendalian hama dan penyakit x x
15 Kegiatan panen x x
16 Kegiatan pasca panen x x
17 Pemasaran x x
Potensi Wilayah
Lokasi PT. Surya Monodon sebagai unit pembenihan udang windu (Panaeus monodon, Fabr.) cukup strategis jika ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya:
Aspek Sosial
Keadaan PT. Surya Monodon sebagai unit pembenihan disambut baik oleh masyarakat setempat karena tidak bertentangan dengan adat istiadat dan memberikan keuntungan bagi masyarakat, umumnya di bidang perikanan dan petani tambak pada khususnya.
Aspek Ekonomi
Petani tambak dan pengusaha penggelondongan tidak kesulitan dalam memperoleh benur yang berkualitas dan dalam jumlah yang banyak di PT. Surya Monodon.
Aspek Teknis
Adapun aspek teknis yang mendukung usaha pembenihan di PT. Surya Monodon adalah:
Dekat dengan pantai, sehingga mudah memperoleh air laut.
Kualitas air laut yang digunakan memenuhi syarat sebagi berikut :
Salinitas air laut berkisar antara 27 - 32 ppt.
Lokasi jauh dari pencemaran, baik pabrik dan industri lainnya yang membuang limbah ke perairan.
Tersedia tenaga listrik yang menyalurkan arus menerus selama 24 jam.
BAB III
PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Praktik Kerja Lapang dilaksanakan pada tanggal 4 Februari – 27 Mei 2014 bertempat di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan.
Keadaan Lokasi
Keadaan lokasi dalam suatu daerah berpengaruh terhadap suatu unit pembenihan udang windu. Adapun keadaan lokasi PT. Surya Monodon adalah sebagai berikut :
Topografi Lokasi
PT. Surya Monodon terletak di daerah Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara dan berada dekat dengan pantai.
Vegetasi
Di dalam lokasi PT. Surya Monodon tumbuh berbagai jenis tanaman, seperti : kelapa, ubi kayu, jambu, dan berbagai jenis tanaman lainnya.
Hidrologi
Perolehan air tawar untuk keperluan sehari-hari berasal dari sumur bor yang terletak di dalam Hatchery PT. Surya Monodon.
Kegiatan-Kegiatan
Kegiatan-kegiatan di Hatchery PT. Surya Monodon, antara lain :
Persiapan Bak
Persiapan bak pemeliharaan induk memegang peranan penting di dalam usaha pembenihan udang windu. Sebelum bak digunakan, dilakukan pengeringan dan pembersihan terlebih dahulu. Kotoran yang menempel di dinding disikat menggunakan detergen yang dilarutkan dalam air. Setelah itu dibilas dengan air dan bak dikeringkan selama 3 – 4 hari.
Pemasangan Sistem Aerasi
Penularan penyakit biasa terjadi melalui media peralatan yang terkontaminasi dengan bakteri atau parasit, oleh sebab itu sebelum digunakan semua peralatan harus disterilkan dengan cara menggosok menggunakan detergen lalu dibilas dengan air tawar dan dikeringkan selama 3 – 4 hari.
Setelah pengeringan dan penjemuran dikerjakan maka selanjutnya adalah pemasangan spuyer aerasi, selang aerasi, pemberat serta batu aerasi pada bak pemeliharaan larva.
Pemasangan instalansi aerasi ini dilakukan sebagai penyuplai oksigen dalam air saat pemeliharaan berlanjut. Dissolved oxygen yang optimum sangatlah penting dalam pemeliharaan larva udang windu agar dapat mempercepat laju pertumbuhan udang, setelah pemasangan aerasi selesai, bak siap untuk diisi air untuk media pemeliharaan larva.
Pengisian Air
Setelah air media sudah disterilkan maka tahap selanjutnya adalah pengisian air ke dalam bak pemeliharaan setinggi 110 cm, air yang sudah dimasukkan ke dalam sudah disaring menggunakan filter bag. Kualitas air yang digunakan untuk usaha pembenihan udang windu harus baik, terbebas dari polusi, endapan logam berat serta mempunyai kandungan bahan organik yang cukup rendah. Penyaringan air menggunakan filter bag dan kapas. Penyaluran air media dari bak penampungan ke bak pemeliharaan larva ini menggunakan instalansi pipa ukuran 1,5 inchi dengan menggunakan pompa celup. Setelah media air selesai dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan aerasi dinyalakan dalam tekanan rendah.
Pengadaan Induk
Pengadaan induk udang windu yang ada di PT. Surya Monodon adalah induk yang berasal dari perairan Aceh, karena mempunyai kualitas yang terbaik diantara induk yang ada di daerah peraiaran lainnya.
Seleksi Induk
Seleksi Induk dilakukan untuk mengetahui induk yang masih hidup dan yang mati pada saat perjalanan. Induk yang hidup selanjutnya dilakukan penanganan dan perawatan lebih lanjut.
Penanganan dan Perawatan Induk
Setelah induk tiba di lokasi, maka dilakukan penanganan induk dengan cara aklimatisasi. Aklimatisasi adalah kegiatan penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru, yang bertujuan agar induk yang baru datang dapat beradaptasi, sehingga terhindar dari stress akibat lingkungan yang baru. Perawatan induk yang baik untuk menjaga kestabilan dan kesehatan induk, agar dapat menghasilkan telur yang memiliki kualitas dan kuantitas yang baik.
Ablasi Induk
Ablasi merupakan teknik rangsangan buatan pada induk betina udang windu. Perinsip dari ablasi ini adalah untuk organ yang menghambat perkembangan gonad yang terdapat pada salah satu tangkai mata betina, cara ablasi ini diterapkan di PT. Surya Monodon yaitu dengan mengikat salah satu tangkai mata dengan karet gelang yang sudah disiapkan.
Pemeriksaan Ovary.
Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa induk telah mencapai masa/waktu untuk bertelur. Pemeriksaan ovary dilakukan setelah kegiatan pengablasian, yaitu dilaksanakan pada saat sore hari tepatnya pada saat kegiatan sirkulasi dan seterusnya setiap hari. Pemeriksaan dilakukan satu persatu, kematangan gonad pada induk udang betina dapat dilihat dari perkembangan ovarynya yang terletak pada bagian punggung dan berwarna coklat atau coklat gelap sesuai dengan tingkat kematangan gonad.
Peneluran
Induk betina akan bertelur pada malam hari biasanya akan tampak berenang gelisah di permukaan air, induk yang telah melepaskan telurnya segera diangkat keluar menggunakan seser, guna untuk menghindari agar induk tidak memakan telurnya.
Penetasan Telur
Telur Udang Windu akan menetas setelah 13 jam, agar telur tidak mengendap maka dilakukan pengadukan telur setiap 1 jam. Suhunya dijaga agar tetap stabil yaitu 30ºC maka digunakan pemanas (Heater) pada bak peneluran. Untuk mengetahui telurnya sudah menetas, maka dilakukan pengamatan yang ditandai dengan adanya nauplius yang berenang di dalam bak. Setelah satu malam, nauplius dipindahkan ke bak pemeliharaan larva.
Pemanenan Nauplius
Pemanenan nauplius di PT. Surya Monodon, yaitu sebagai berikut:
Nauplius didiamkan tanpa aerasi.
Setelah beberapa saat nauplius akan berenang di permukaan.
Kemudian dilakukan penyeseran dengan ukuran seser 250 mesh di dalam bak, sampai nauplius yang ada di dalam bak habis.
Gambar 1. Pemanenan Nauplius
Manajemen Pakan
Pemberian pakan buatan dengan dosis tertentu diberikan sebanyak enam kali sehari dimulai saat stadia zoea satu. Pakan disaring dengan menggunakan saringan yang sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan berdasarkan stadia larva, dilarutkan berkisar lima liter air tawar dan saat pemberian pakan terhadap larva udang windu ditebar secara merata ke seluruh penjuru bak pemeliharaan larva.
Pakan alami yang diberikan adalah berupa Skeletonema costatum dan Artemia salina. Bahan-bahan yang dipelukan untuk mengkultur Skeletonema costatum :
Media air dalam mengkultur plankton dialirkan ke bak kultur Skeletonema costatum.
Bibit yang digunakan sebaiknya mempunyai kepadatan tinggi, tidak mengandung lumut, selnya yang panjang serta mempunyai bau yang khas.
Pupuk yang digunakan untuk mengkutur yakni NPK, Urea dan Silikat.
Pemanenan Skeletonema costatum dilakukan dengan membuka kran air keluar (outlet) bak kultur dan dipasang saringan khusus digunakan untuk menyaring plankton. Saringan yang digunakan berukuran 100 mikron yang terbuat dari kain satin. Setelah itu ditampung dalam ember plastik berkapasitas 20 liter dan siap diberikan kepada larva sesuai dosis yang telah ditentukan.
Pakan Buatan diberikan pada stadia zoea – post larva. Pakan buatan ini harus sesuai dengan bukaan mulut dan perkembangan larva sehingga pakan buatan butuh disaring sebelum diberikan.
Manajemen Kualitas Air
Air media sangat berperan dalam kesuksesan usaha pembenihan udang windu. Kualitas air yang diobservasi antara lain Suhu dan Salinitas. Suhu rata – rata pada siang hari berkisar 32 – 34oC dan pada malam hari berkisar 27 – 30oC dan salinitas awal yakni 30 ppt.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Untuk mencegah timbulnya penyakit maka dilakukan pengendalian dengan cara diberikan anti jamur treflan (0,5 ppm), EDTA (7,5 ppm), dan El-Bacin (1 ppm) sebelum dilakukan penebaran nauplius.
Gambar 2. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kegiatan Panen
Panen merupakan salah satu kegiatan yang terakhir dari pemeliharaan, dimana pemanenan dilakukan saat udang memasuki PL 8 – PL 9. Panen dilaksanakan pada pagi, sore, maupun malam hari.
Kegiatan Pasca Panen
Sebelum benih dimasukkan ke dalam plastik untuk pengepakan terlebih dahulu diseser agar menyatu dan siap takar dengan menggunakan sendok takar. Perbandingan air dan oksigen adalah 1 : 2. Setelah benur dipacking selanjutnya kantong-kantong plastik yang berisi benur udang windu dimasukkan ke dalam karung kemudan diikat dibagian atasnya.
Pemasaran
Benur udang windu di PT. Surya Monodon dipasarkan di daerah Sulawesi Selatan, diantaranya Maros, Pinrang, Barru, Pangkep, Bone, dan daerah yang lainnya. Untuk pengiriman ke luar Provinsi contohnya ke Palu melalui Bandara Sultan Hasanuddin, pada pukul 6 pagi.
Analisa Usaha
Investasi
Tabel 2. Biaya Investasi di PT. Surya Monodon
No. Nama Barang/Bangunan Harga (Rp)
1 Tanah 2.000.000.000,00
2 gedung 500.000.000,00
3 Bak Tandon 70.000.000,00
4 Blower 225.000.000,00
5 Generator Set 150.000.000,00
6 Pompa air laut 2.000.000,00
7 Pompa air tawar 450.000,00
8 Bak pemeliharaan induk 45.000.000,00
9 Bak peneluran dan penetasan 20.000.000,00
10 Bak pemeliharaan larva 240.000.000,00
11 Bak Skeletonema costatum 80.000.000,00
12 Bak Fiber 8.000.000,00
13 Bak Sand filter 10.000.000,00
14 Pompa celup 2.100.000,00
15 Filter Bag 525.000,00
Jumlah 3.353.075.000,00
Penerimaan/Output
Penerimaan (out put) adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat dari adanya biaya yang dikeluarkan.
Out Put = ............satuan x Rp............/satuan
Out Put = 18.000.000 ekor x Rp. 20,00/ekor = Rp 360.000.000,00
Biaya (Input)
Biaya Tetap (Fixed Cost/FC)
Biaya sewa, misalnya sewa tanah dan bangunan
n/12 x Nilai sewa/tahun
1/12 x Rp.36.000.000,00 = Rp. 3.000.000,00
Penyusutan alat tahan lama
Rumus = n/12 x (NB-NS)/N
Keterangan :
NB : Nilai Baru (Rp)
NS : Nilai Sisa (Rp) (yang dihitung NS = NB x 10%)
N : Lamanya pemakaian (tahun)
n : Lamanya satu periode (bulan)
Tabel 3. Nilai Penyusutan Bangunan dan Alat Tahan Lama
No Nama Alat NB (Rp) NS (Rp) N (Tahun) Nilai Penyusutan
1 Bangunan/Gedung 500.000.000,00 50.000.000,00 15 2.500.000,00
2 Bak tendon 70.000.000,00 7.000.000,00 15 350.000,00
3 Blower 225.000.000,00 22.500.000,00 5 3.375.000,00
4 Genset 150.000.000,00 15.000.000,00 8 1.406.250,00
5 Pompa air laut 2.000.000,00 200.000,00 10 15.000,00
6 Pompa air tawar 450.000,00 45.000,00 5 6.750,00
7 Bak pemeliharaan induk 45.000.000,00 4.500.000,00 15 225.000,00
8 Bak peneluran dan penetasan 20.000.000,00 2.000.000,00 15 100.000,00
9 Bak pemeliharaan larva 240.000.000,00 24.000.000,00 15 1.200.000,00
10 Bak skeletonema
costatum 80.000.000,00 8.000.000,00 15 400.000,00
11 Bak fiber 8.000.000,00 800.000,00 5 120.000,00
12 Bak filter 5.000.000,00 500.000,00 15 25.000,00
13 Pompa celup 2.100.000,00 210.000,00,00 2 78.750,00
14 Filter bag 525.000,00 52.500,00,00 2 20.000,00
Jumlah 9.821.750,00
Biaya Tenaga Kerja Tetap
Rp......../bulan x .........orang
Teknisi Larva 1 orang = Rp.2.000.000/bulan
= 1 bulan × Rp.2.000.000
= Rp.2.000.000
Teknisi Induk 1 orang = Rp.700.000/bulan
= 1 bulan × Rp.700.000
= Rp.700.000
Karyawan 2 orang = Rp.500.000/bulan
= 2 orang × Rp.500.000
= Rp.1.000.000
= 1 bulan × Rp1.000.000
= Rp.1.000.000
Quality control 1 orang = Rp.1.000.000
= 1 bulan × Rp.1.000.000
= Rp.1.000.000
Tukang masak 1 orang = Rp.500.000
= 1 bulan × Rp. 500.000 = Rp.500.000
Biaya tenaga kerja tetap = Rp. 2.000.000 + Rp. 700.000 +
Rp. 500.000 + Rp. 1000.000 + Rp. 1.000.000 + Rp.500.000
= Rp. 5.700.000
Pajak Bumi dan Bangunan
n/12 x Nilai Pajak/tahun (Rp)
1/12 x Rp. 4.200.000,00 = Rp. 350.000,00
Bunga Biaya Tetap
Bunga sewa tanah dan bangunan
n/12 x i x biaya sewa i : Suku Bunga (%)
1/12 x 15% x Rp. 3.000.000,00 = Rp. 37.500,00
Bunga Modal Alat Tahan Lama
n/12 × 15% × (NB+NS)/2
Tabel 4. Bunga Modal Bangunan dan Alat Tahan Lama
No Nama Alat NB (Rp) NS (Rp) Bunga Modal (Rp)
1 Bangunan/Gedung 500.000.000,00 50.000.000,00 3.437.500,00
2 Bak tendon 70.000.000,00 7.000.000,00 481.250,00
3 Blower 225.000.0000,00 22.500.000,00 1.546.875,00
4 Genset 150.000.000,00 15.000.000,00 1.031.250,00
5 Pompa air laut 2.000.000,00 200.000,00 13.750,00
6 Pompa air tawar 450.000,00 45.000,00 3.094,00
7 Bak pemeliharaan induk 45.000.000,00 4.500.000,00,00 309.375,00
8 Bak peneluran dan penetasan 20.000.000,00 2.000.000,00 137.500,00
9 Bak pemeliharaan larva 240.000.000,00 24.000.000,00 1.650.000,00
10 Bak skeletonema costatum 80.000.000,00 8.000.000,00 550.000,00
11 Bak Fiber 8.000.000,00 800.000,00 55.000,00
12 Bak filter 5.000.000,00 500.000,00 34.375,00
13 Pompa celup 2.100.000,00 210.000,00 14.438.00
14 Filter bag 525.000,00 52.500,00 3.609,00
Jumlah 9.268.016,00
Bunga Gaji Tenaga Kerja Tetap
n/12 x i x biaya tenaga kerja tetap
1/12 x 15% x Rp. 5.700.000,00 = Rp. 71.250,00
Bunga Pajak Iuran
n/12 x i x pajak bumi dan bangunan
1/12 x 15% x Rp. 350.000,00 = Rp. 4.375,00
Jumlah bunga biaya tetap = (Rp. 37.500,00 + Rp. 9.268.016,00 + Rp. 71.250,00 + Rp. 4.375,00) = Rp. 9.381.141,00
Total Biaya Tetap = Rp. 3.000.000,00 + Rp. 9.821.750,00 + Rp. 5.700.000,00 + Rp. 350.000,00 + Rp. 9.381.141,00 = Rp. 28.252.891,00
Biaya Variabel (Variabel Cost/VC)
Sarana Produksi
Tabel 5. Sarana produksi
No Nama Jumlah Harga persatuan (Rp) Total harga (Rp)
1 Induk betina 145 ekor 250.000,00 36.250.000,00
2 Pakan Induk 73 kg 80.000,00 5.834.500,00
3 Kantongan Plastik Benur 20 pack 80.000,00 1.600.000,00
4 Oksigen 6 tabung 125.000,00 750.000,00
5 Karet Gelang 8 kg 25.000,00 200.000,00
6 Sterofoam 20 buah 50.000,00 1.000.000,00
7 Karung 4 pack 100.000,00 400.000,00
No Nama Jumlah Harga persatuan (Rp) Total harga (Rp)
8 Kapas 8 pack 75.000,00 600.000,00
9 Pakan Buatan 16 kg 500.000,00 8.000.000,00
10 Artemia (Mackay Marine) 40 kaleng 600.000,00 24.000.000,00
11 Obat-obatan 1000 gram 2.000,00 2.000.000,00
12 Pupuk plankton 25 kg 20.000,00 500.000,00
13 Kaporit 15 kg 30.000,00 450.000,00
14 Tali Rafia 2 pack 10.000,00 20.000,00
Jumlah 81.604.500,00
Biaya Tenaga Kerja Tetap
Bonus Rp. 52.000.000,00
Biaya Eksploitasi
Solar 80 liter @ Rp. 5.000,00 Rp. 400.000,00
Pemeliharaan dan perawatan mesin/alat Rp. 1.000.000,00
+
Rp. 1.400.000,00
Biaya lain-lain
Listrik perbulan Rp. 15.000.000,00
Transportasi Rp. 3.000.000,00
Alat Tulis kantor Rp. 200.000,00
Rp. 18.200.000,00
Bunga Biaya Variabel
n/12 × i × █((Rp.81.604.500,00+Rp.52.000.000,00 +@ Rp. 1.400.000+Rp. 18.200.000,00))/2
= 1/12 × 15% × █((Rp.81.604.500,00+Rp.52.000.000,00 +@ Rp. 1.400.000+Rp. 18.200.000,00))/2
= 1/12 × 15% × Rp. 153.204.500,00
= Rp. 1.915.056,00
Keterangan :
n = Lama dalam periode usaha (bulan)
i = Suku bunga (%)
Total Biaya Variabel = (Rp. 81.604.500,00 + Rp. 52.000.000,00 + Rp. 1.400.000,00 + Rp. 18.200.000,00 + Rp. 1.915.056,00 =
Rp. 155.119.556,00
Biaya Total (Total Cost/TC)
Rp. 28.252.891,00 + Rp. 155.119.556,25 = Rp. 183.372.447,00
Laba Usaha (Income)
Income = Rp. 360.000.000,00 - Rp. 183.372.447,00 =
Rp. 176.627.553,00
Revenue Cost Ratio (R/C)
Output/Biaya
= (Rp. 360.000.000,00)/(Rp. 176.627.553,00)
= 2,04
Artinya setiap mengeluarkan biaya Rp. 1,00 akan menghasilkan Rp. 2,04
Break Event Point (BEP)
FC VC : Biaya Variabel
BEP = FC : Biaya Tetap
VC S : Volume penjualan
–
S
Rp. 28.252.891,00
BEP =
Rp. 155.119.556,00
1 –
Rp. 360.000.000,00
= Rp. 49.643.943,00
Artinya batas titik impas (Break Event Point) dengan harga Rp. 20/satuan akan tercapai pada harga penjualan produk tercapai pada harga penjualan produk sebesar Rp. 49.643.943,00
Pay Back Periode
Pay Back Periode = Investasi/Laba
(Rp. 3.353.075.000,00)/(Rp. 176.627.553,00) = 18,9838
Dengan keuntungan seperti tersebut diatas maka investasi dalam waktu 19 periode usaha (dengan ketentuan apabila hasilnya tidak bulat maka angka desimal dibelakang koma dibulatkan ke atas, atau hasil yang diperoleh harus angka bulat).
BAB IV
MASALAH DAN PEMECAHAN
A. Masalah
Masalah selama melakukan PKL, sebagai berikut :
Listrik PLN mati, sehingga berpengaruh terhadap benur yang dibudidayakan.
Mesin pompa air laut mengalami kerusakan.
Kualitas telur yang kadang kurang baik dihasilkan induk.
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah, diantaranya :
Menghidupkan Generator Set sebagai subtitusi listrik PLN.
Mengganti dengan pompa air laut yang baru.
Melakukan penanganan induk yang lebih baik dan hati-hati, sehingga induk dapat menghasilkan telur yang berkulialitas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil praktik kerja lapang di Hatchery PT. Surya Monodon, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Persiapan bak larva di PT. Surya Monodon menggunakan beberapa tahapan, yakni pembersihan bak dengan air tawar, penggosokan dan pengeringan bak. Bak pemeliharaan larva sudah dipersiapkan sebaik mungkin sehingga mampu memenuhi kebutuhan bagi kehidupan nauplius udang windu.
Pengelolaan pakan cukup bagus dengan pemilihan pakan alami dan pakan buatan sebagai makanan larva udang windu. Pakan alami berupa Skeletonema costatum dan Artemia salina, sedangkan pakan buatan menggunakan Flake, Fripak, Ultra Diet, dan GAP. Pemberian pakannya sudah sesuai dengan dosis, waktu dan frekuensi yang tepat sehingga tidak mempengaruhi kualitas air media pemeliharaan larva.
Pengelolaan kualitas air yang dilakukan berupa pengukuran hanya berdasarkan dua paremeter kualitas air, yakni suhu dan salinitas menggunakan alat yang dinamakan thermometer dan hand-refraktometer.
Saran
Alat pengecekan parameter kualitas air harus dilengkapi agar dapat mengontrol parameter air lainnya selain hand-refraktometer dan thermometer.
Dalam proses pencucian sand filter seharusnya menggunakan oxaser untuk keseluruhan pasir yang dicuci agar dalam penyaringan air laut lebih steril.
DAFTAR PUSTAKA
DKP.2009.Teknik Budidaya Air Payau.www.dkp.go.id
Murtidjo.2003.Budidaya Udang Windu.Aneka Ilmu.Semarang.
Narbuko dan Achmadi, A.2001.Metode Penelitian.Jakarta.Bumi Aksara.
good!
BalasHapusmantap!
BalasHapus