TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
Berikut
merupakan klasifikasi ikan nila menurut Saanin (1984):
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Biologi
Ikan nila mempunyai
bentuk tubuh panjang dan ramping dengan sisik berukuran besar. Matanya
menonjol, berukuran besar, dan bagian tepinya mempunyai warna putih. Linea lateralis terputus di bagian
tengah dan berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah pada letak garis yang
memanjang di atas sirip dorsal. Jumlah sisik yang terletak pada linea lateralis berjumlah 34 buah. Sirip
dorsal, pectoral, dan anal. Sirip dorsal dan pectoralnya mempunyai warna hitam.
Ikan nila mempunyai lima buah sirip, yakni dorsal
fin (sirip punggung), pectoral fin (sirip
dada), ventral fin (sirip perut), anal fin (sirip dubur), dan caudal fin (sirip ekor).
Sirip dorsal memanjang dari bagian atas operkulum hingga bagian atas sirip ekor. Terdapat sirip dorsal dan ventral
berjumlah sepasang yang berukuran kecil. Sirip anal hanya satu buah dan
berbentuk agak panjang. Sirip kaudal mempunyai bentuk bulat dan hanya terdapat
satu buah. Perbedaan jenis ikan nila kelamin jantan dengan kelamin betina,
yakni ukuran sisik jantan lebih besar daripada ikan nila betina. Alat kelamin
jantan ketika diamati terdapat tonjolan meruncing yang mempunyai fungsi sebagai
pengeluaran urin dan penyaluran sperma yang terletak di depan anus. Sementara
itu, ikan nila betina mempunyai lubang genital yang terpisah dengan lubang
pengeluaran urin yang terletak di depan anus (Khairuman dan Amri 2013). Induk
betina yang matang gonad ketika papila diamati berwarna merah dan perutnya
kelihatan buncit. Induk jantan matang gonad ditandai dengan tonjolan pada
bagian kelaminnya dan mengeluarkan sperma ketika perutnya diurut (Purwanto
2011).
Gambar
1. Induk Betina Gambar
2. Induk Jantan
Sumber
: (Purwanto 2011) Sumber
: (Purwanto 2011)
Gambar 3. Induk Betina (A) Induk Jantan (B)
matang gonad
Sumber : (Purwanto
2011)
Habitat ikan nila cukup
bervariasi, mulai dari rawa, sungai, waduk, danau, kolam, sawah hingga di
tambak. Ikan merupakan hewan berdarah dingin sehingga suhu tubuhnya mengikuti
perubahan suhu lingkungan. Ikan nila mengalami pertumbuhan secara normal pada
kisaran suhu 14 – 38oC dan melakukan pemijahan secara alami pada
kisaran suhu 22 – 37oC (Khairuman dan Amri 2013).
Ikan nila dapat matang
gonad dalam waktu 6 bulan. Ikan nila betina mempunyai fekunditas sebanyak 100 –
2.000 butir telur. Ikan nila tergolong dalam genus Oreochromis yang mengerami
telur dan larvanya (mouth breeder)
dalam mulut induk betina. Telur ikan nila akan menetas dalam waktu 3 hari
setelah pembuahan dan mengasuh larvanya dalam waktu 10 – 15 hari. Kuning telur
(yolk sac) habis diabsorpsi setelah
berumur 4 – 6 hari dan larva dapat berenang ke luar dari mulut induknya
(Andriani 2018).
Ikan nila termasuk dalam
omnivora atau pemakan segala sehingga dapat mengonsumsi hewan maupun tumbuhan.
Ketika masih larva, zooplankton (plankton
hewan), seperti Rotifera sp., Moina sp., atau Daphnia sp. merupakan pakan yang disukai oleh ikan nila. Selain itu,
juga memakan alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di lingkungan
hidupnya. Ketika mencapai ukuran dewasa, ikan nila dapat diberi pakan tambahan
berupa pelet.
METODE
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik Lapangan Akuakultur dilaksanakan pada
tanggal 9 Juli hingga 19 Agustus 2018.
Lokasi praktik adalah di Balai Riset Pemuliaan Ikan Sukamandi, Patokbeusi,
Subang, Jawa Barat.
Komoditas
Komoditas yang diambil pada praktik
lapangan akuakultur ini adalah ikan
nila Srikandi Oreochromis aureus x
niloticus.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan
lapangan ini meliputi pengumpulan data primer serta data sekunder yang dilaksanakan
melalui empat
pendekatan, yaitu:
1.
Mengikuti secara langsung
seluruh kegiatan di lokasi praktik dengan
membantu pelaksanaan kegiatan budidaya di balai guna meningkatkan
keterampilan budidaya secara aplikatif.
2. Melakukan wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak dari Balai
Riset Pemuliaan Ikan Sukamandi, Patokbeusi, Subang, Jawa Barat seputar masalah teknis pembenihan, aspek usaha,
kendala- kendala yang dihadapi serta berbagai macam hal yang terkait di bidang
pembenihan ikan nila.
3. Mengobservasi secara mandiri sarana dan prasarana pendukung
yang digunakan dalam kegiatan budidaya ikan nila di balai.
4.
Melakukan studi pustaka
dengan cara mencari informasi atau literatur ilmiah dari berbagai kepustakaan
yang relevan seputar kegiatan pembenihan ikan nila guna dijadikan acuan dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
KONDISI UMUM
Sejarah Instansi
Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI)
Sukamandi, Subang, Jawa Barat didirikan pada 26 Juni 1927, sebelum kemerdekaan
pemerintah Belanda mendirikan Voor de
Binnen Visserij yang berkedudukan di Bogor. Tahun 1946 pemerintah Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 6 September 1951 No.
81/Um/51 mendirikan Balai Penyelidikan Perikanan Darat di Jakarta. Balai
Penyelidikan Perikanan Darat (BPPD) yang berkedudukan di Pasar Minggu, Jakarta
tahun 1957 berpindah tempat ke Sempur, Bogor. Perubahan selanjutnya terjadi
pada tahun 1963 dengan nama Lembaga Perikanan Darat yang berlokasi di Sempur,
Bogor. Kemudian, pada tahun 1994 berpindah lokasi ke Sukamandi, Subang, Jawa
Barat dan berganti nama menjadi Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
(BALITKANWAR) Republik Indonesia. Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 2003,
yaitu menjadi Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar
(LRPTBPAT).
Sejarah
singkat perkembangan Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi adalah sebagai
berikut:
Tahun
1927 : Laboratorium Voor de Binner Visserij, berkedudukan di
Cibalagung, Bogor.
Tahun
1951 : Laboratorium Penyelidikan
Perikanan Darat, berkedudukan di Cibalagung, Bogor.
Tahun
1953 : Balai Penyelidikan Perikanan
Darat, berkedudukan di Pasar Minggu, Jakarta.
Tahun
1957 : Balai Penyelidikan Perikanan
Darat, berkedudukan di Sempur, Bogor.
Tahun
1980 : Balai Penelitian Perikanan
Darat, berkedudukan di Sempur, Bogor.
Tahun
1984 : Balai Penelitian Perikanan Air
Tawar, berkedudukan di Sukamandi, Subang.
Tahun
2003 : Loka Riset Pemuliaan dan
Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, berkedudukan di Sukamandi Subang.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor
KEP.07/MEN/2003.
Tahun
2011 : Balai Penelitian Pemuliaan
Ikan, berkedudukan di Sukamandi, Subang. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan nomor PER.33/MEN/2011 tertanggal 26 September 2011.
Tahun
2017 : Balai Riset Pemuliaan Ikan
KEPMENKP No. 13/PERMENKP/2017 tanggal 27 Maret 2017.
Organisasi dan Ketenagakerjaan
Balai Riset Pemuliaan Ikan Sukamandi
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.33/MEN/2011
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian Pemuliaan Ikan. Balai
Penelitian dan Pemuliaan Ikan Sukamandi memiliki Sumber Daya Manusia sebanyak
98 orang yang dikategorikan dalam beberapa kelompok. BRPI Sukamandi merupakan
Unit Pelaksana Teknis di Bidang Penelitian Pemuliaan Ikan yang berada di bawah
dan bertanggung jawab terhadap Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan.
Tenaga kerja di hatchery ikan nila sebanyak 7 orang, yang terdiri dari satu orang
kepala komoditas hatchery, satu orang
bagian sarana dan prasarana, satu orang tenaga kontrak, satu orang di bagian
tata usaha, dan tiga orang teknisi Litkayasa.
Sarana dan Prasarana Budidaya
Kolam Pemeliharaan dan Pemijahan
Induk
Konstruksi kolam terbuat dari beton
yang dibangun secara permanen yang difungsikan sebagai wadah pemeliharaan
sekaligus sebagai pemijahan induk ikan nila Srikandi. Kolam berbentuk persegi
panjang dengan dimensi 10 x 2,5 x 1 m3. Bagian dasar kolam dibuat miring ke arah
outlet dengan ukuran pipa outlet dengan diameter 4 inchi untuk pembuangan sisa
pakan, kotoran, dan air. Saluran inlet
berukuran 2 inchi untuk pemasukan air dari tandon.
Kolam
induk sebanyak 30 buah, ditempatkan di outdoor agar mendapat cahaya matahari.
Selang aerasi dan batu aerasi dipasang pada sisi-sisi kolam untuk menambah
oksigen terlarut. Kolam pemeliharaan dan pemijahan induk dapat dilihat pada
gambar 4.
Gambar
4 Kolam Pemeliharaan dan Pemijahan Induk
Bak penetasan telur
Bak penetasan telur digunakan untuk
menetaskan hasil panen telur ikan nila Srikandi dan mempunyai dimensi 5 m x 3 m
yang dilengkapi dengan corong penetasan berbentuk kerucut dengan diameter 20 cm
sebanyak 12 buah. Dilengkapi dengan pompa air sebagai resirkulasi air ke dalam
corong yang dihubungkan dengan paralon, yang berguna untuk mengaduk telur agar
tidak mengendap di dasar. Bak penetasan telur dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5 Bak Penetasan Telur
Kolam Pendederan
Kolam pendederan mempunyai ukuran
2000 m2 dan terdapat waring berukuran 5 x 2 m2 sebanyak
20 buah. Kolam pendederan dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar
6 Kolam Pendederan Larva
Sumber Air
Air yang digunakan untuk kegiatan
pembenihan ikan nila bersumber yaitu air tanah (sumur) dan irigasi dari Waduk Jatiluhur.
Air tanah digunakan untuk penetasan telur, pemberokan, dan pengemasan benih.
Air irigasi digunakan untuk pemeliharaan induk, pemijahan induk, dan
pendederan. Air dari irigasi ditampung pada kolam berbentuk persegi panjang
dengan ukuran 2000 m2 dan air tanah ditampung pada bak fiber
berbentuk tabung dengan daya tampung 750 liter.
Fasilitas Pendukung
Jalan dan Akses Transportasi
Jalan menuju lokasi BRPI Sukamandi
berupa jalan aspal yang cukup lebar, karena terletak pada jalan Pantai Utara
Jawa (Pantura) sehingga mudah untuk diakses, kondisi jalan yang baik berguna
untuk kegiatan budidaya seperti mobilitas dalam penyediaan peralatan dan bahan
dan pengiriman benih.
Bangunan
Bangunan yang terdapat pada BRPI
Sukamandi terdiri dari kantor, auditorium, satu unit ruang administrasi, satu
unit perpustakaan, satu unit laboratorium reproduksi dan genetika, satu unit
laboratorium mikrobiologi, dan satu unit laboratorium kualitas air. BRPI
dilengkapi dengan fasilitas olahraga, masjid, bangunan untuk genset, perumahan
karyawan, dan asrama.
Tenaga Listrik
Sumber listrik utama berasal dari
Perusahaan Listrik Negara dengan daya 1.200 KVA. Sumber listrik cadangan
berasal dari generator set (genset) sebanyak 2 unit yang terdiri dari genset
utama dan genset sekunder. Genset utama dengan daya 45 KVA bermerek Stamford
digunakan untuk memenuhi kebutuhan cadangan listrik pada kantor. Genset
sekunder dengan daya 26 KVA untuk memenuhi kebutuhan listrik cadangan pada
setiap hatchery.
KEGIATAN PEMBENIHAN
Pemeliharaan Induk
1. Persiapan
Wadah
Kolam yang digunakan terdiri dari
dua macam kolam pemijahan dan kolam pemeliharaan induk. Kolam pemeliharaan
dibersihkan menggunakan sikat dan dibilas lalu dikeringkan selama 2 -3 hari dan
setelahnya dilakukan pengisian air dengan tinggi 70 – 80 cm.
(a)
(b)
(c)
Gambar
7 Pembersihan kolam (a), pengeringan kolam (b), pengisian air (c).
2. Pemberian
Pakan
Kebutuhan
pakan untuk induk diberikan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, pertumbuhan
dan reproduksi. Jenis pakan yang digunakan yakni pelet terapung MS Prima Feed
LP-3. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari pada pukul 08.00 dan
16.00 dengan feeding rate sebesar 2 -3 % dari biomassa per hari.
3. Pengelolaan
Kualitas Air
Air
yang digunakan pada wadah pemeliharaan induk berasal dari saluran irigasi yang
bersumber dari Waduk Jatiluhur. Air diendapkan terlebih dahulu di reservoir
sebelum dialirkan ke kolam pemeliharaan induk. Pergantian air dilakukan dengan
menggunakan sistem air mengalir dengan debit air masuk sebesar 0,3 - 0,7
l/detik.
Gambar
8 Saluran Irigasi
Pemijahan
1.
Seleksi Induk
Induk
yang digunakan adalah ikan nila biru jantan (Oreochromis aureus) dan ikan nila Nirwana betina generasi ke-3 (Oreochromis niloticus). Seleksi induk
dilakukan dengan memilih induk yang sehat dan matang gonad. Induk yang matang
gonad diamati dari kelaminnya yang berwarna kemerahan. Syarat induk jantan yang
digunakan yakni, bobot tubuh minimal 250 gram, umur 6 bulan, warna tubuh lebih
cerah dibandingkan dengan betina, dan mempunyai dua lubang yakni (lubang urin
dan genital) serta anus. Induk betina yang digunakan yakni, bobot tubuh minimal
200 gram umur 6 bulan. Warna tubuh lebih gelap daripada jantan, dan mempunyai
tiga lubang (urin, pengeluaran telur, dan anus). Hasil sampling induk jantan dan betina dapat
dilihat pada tabel 1 dan 2.
Tabel
1 Data sampling induk ikan nila jantan
INDUK JANTAN KOLAM 12 DAN 15 |
|||
NO |
PS (cm) |
PT (cm) |
BT (gram) |
1 |
27,5 |
39,8 |
758 |
2 |
25,2 |
31,5 |
613 |
3 |
24,8 |
31 |
596 |
4 |
24,9 |
31,7 |
622 |
5 |
27 |
33,9 |
681 |
Tabel
2 Data sampling induk ikan nila betina
INDUK BETINA
KOLAM 12 DAN 15 |
|||
NO |
PS (cm) |
PT (cm) |
BT (gram) |
1 |
27 |
30,5 |
659 |
2 |
26 |
31,7 |
565 |
3 |
26,5 |
32,7 |
612 |
4 |
25,7 |
31,7 |
526 |
5 |
29,5 |
36,5 |
815 |
(a)
(b)
Gambar
9 Induk ikan nila jantan (a), betina (b).
2.
Pemijahan
Pemijahan ikan nila dilakukan
secara alami. Induk jantan dan betina yang telah matang gonad dipindahkan ke
bak pemijahan. Kepadatan induk 1 – 2 ekor/m2, luas kolam 25 m2.
Rasio induk jantan dan betina yang digunakan adalah 1 : 3, dengan induk jantan
sebanyak 10 ekor dan induk betina sebanyak 30 ekor. Proses pemijahan dilakukan
selama 30 hari. Setelah pemijahan induk diistirahatkan selama 2 – 4 minggu.
Gambar
10 Penempatan Induk Ikan Nila ke Kolam Pemijahan
3.
Pemanenan Telur
Telur
dipanen 7 hari setelah pemijahan. Telur dipanen dari mulut induk betina.
Kemudian ditempatkan ke dalam baskom dan dihitung. Dipindahkan ke dalam toples
dengan volume air 500 mL dan ditambahkan methylene
blue sebanyak 1 tetes (dosis methylene
blue 0,025 mL/L). Telur ditetaskan pada corong berukuran 12 L. Larva
dipanen 5 – 7 hari setelah ditetaskan. Kemudian telur dihitung untuk mengetahui
daya tetasnya. Hasil fekunditas dan derajat penetasan telur dapat dilihat pada
tabel 3 dan 4.
Tabel
3 Data Fekunditas Induk Ikan Nila
Induk |
Fekunditas (butir) |
1 |
1057 |
2 |
968 |
3 |
1698 |
Tabel
4 Data Derajat Penetasan Telur
Ulangan |
Padat tebar (butir) |
||
500 |
1000 |
1500 |
|
1 |
37,2% |
98,5% |
28,8% |
2 |
76,64% |
75,8% |
95,6% |
Gambar
11 Pemanenan Telur Ikan Nila
4.
Pemanenan Larva
Larva
dipanen 14 hari setelah pemijahan. Larva dipanen menggunakan seser dan waring.
Kemudian ditempatkan pada baskom dan dipindahkan ke bak pemberokan. Larva
dihitung menggunakan handtally counter.
Gambar 12 Pemanenan Larva
Ikan Nila
Pemeliharaan Larva
1. Persiapan
wadah
Hapa
dibersihkan menggunakan sikat dan dibilas. Hapa dikeringkan selama 1 – 2 hari.
Kemudian hapa dipasang pada tiang-tiang. Setelah itu, penebaran larva dilakukan
dengan padat penebaran 250 ekor/m2.
(a) (b)
(c)
Gambar
13 Persiapan Wadah untuk Pemeliharaan Larva, hapa dibersihkan (a), pengeringan
hapa (b), pemasangan hapa (c).
2. Pemberian
Pakan
Pakan
yang diberikan adalah Hi-Provite PS-P. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari,
pada pagi pukul 08.00 dan Sore 16.00. Feeding
rate sebesar 10 – 20% dari biomassa. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi
sedikit.
3. Sampling
Sampling
pertumbuhan dilakukan setiap 7 hari sekali. Ikan yang disamping sebanyak 30
ekor. Pengukuran panjang menggunakan
milimeter blok dan penggaris dengan ketelitian 0,1 cm. Panjang yang diukur
yakni panjang standar dan panjang total. Pengukuran bobot dilakukan menggunakan
neraca analitik dengan ketelitian 0,0001 g. Neraca analitik dihidupkan, lalu
masukkan cawan petri yang berisi air. Kemudian ikan dimasukkan ke cawan petri
dan dicatat bobotnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar